Pages

Saturday, March 30, 2013

7 Kebiasaan yang Tak-Efektif di Twitter


Twitter, social media satu ini tampaknya akan terus meningkat penggunanya. Sampai saat ini diperkirakan jumlah pengguna twitter di Indonesia telah lebih dari enam juta pengguna. Aplikasi ini mirip ruangan di mana semua orang yang berada di dalamnya membawa megaphone. Bisa dibayangkan bagaimana riuhnya suara-suara dan perbincangan yang mereka lakukan?
Karena ruangan yang bebas tersebut, tak ada batasan topik apa yang diperbincangkan. Setiap orang membicarakan sesuatu sesuai hobi, kebiasaan dan hal-hal yang menurutnya penting. Berita panas terkini, kabar gembira memperoleh keponakan baru, kesedihan karena hamsternya mati dan apapun, seperti tagline-nya twitter “what’s happening”.
Agar kehadiran kita di ruangan tersebut bisa dirasakan, kita sebaiknya berkomunikasi secara efektif. Sehingga semua orang akan menoleh dan memperhatikan pesan/kabar apa yang kita sampaikan. Selain kita harus selalu mem-posting sesuatu yang informatif dan menarik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Tidak memasang foto atau mengisi bio
Anonim sebenarnya tidak apa-apa. Namun akan lebih bagus andai kita tak menyembunyikan identitas. Dengan mengetahui identitas kita, seseorang akan mengetahui kompetensi, skill atau sesuatu yang unik yang kita punya. Akan lebih meyakinkan bahwa kita bukanlah robot apabila bio kita dilengkapi dengan foto atau avatar.
2. Menjawab kicauan dengan reply bukan retweet
Kebanyakan orang yang menjawab kicauan dengan RT (retweet) alasanya agar pesan yang disampaikan tidak hilang. Namun sayang beberapa orang justru tak mempertimbangkan itu. Sehingga pada retweet-an user kedua atau bahkan ketiga, pesannya hilang, tinggal nama nama akun yang tertera.
Selain itu, me-retweet setiap perbincangan (lokal), akan mengganggu user lain. Memang jika tak suka tinggal unfollow, masalahnya meski sudah unfollow tetap mendapatkan limpahan RT dari orang lain. Retweet-lah hanya kicauan yang informasinya berguna untuk semua orang, lucu atau yang bermanfaat.
3. Menghabiskan space
Twitter hanya menyediakan 140 karakter untuk menyampaikan pesan. Namun sebaiknya kita tak menghabiskannya. Kita harus menyisakan ruang sehingga ketika ada follower yang akan me-retweet tak akan kesulitan. Jangan pernah memakai twitlonger, sia-sia. Karena berdasarkan survei 80% tweeple tak pernah mengklik link. Ngetwit-lah dengan bahasa yang efisien dan efektif!
4. Memboyong kebiasaan offline ke online
Ada beberapa kebiasaan sehari-hari yang mestinya tak terbawa ke online. Karena twitter adalah medium yang mempunyai karakter khusus. Sehingga beberapa kebiasaan offline tak relevan lagi di twitter. Misalnya ketika mem-follow seseorang dengan meminta izin lebih dulu. Dianggap sombong (tak sopan) ketika tidak mem-follow balik. Bahkan ada sebagian kecil yang ketika mem-follow seseorang dia meminta di-follow balik.
5. Tidak pernah merespon, menyebar energi negatif
Memang Twitter (idealnya) bukanlah tempat chatting. Namun kita harus selalu merespon atau melakukan konversasi sewajarnya jika ada yang bertanya atau meminta informasi lebih lengkap. Twitter bukan juga tempat ideal untuk diskusi, karena terbatasnya space kemungkinan salah paham lebih besar.
Sebaiknya juga bisa menahan diri ketika sedang emosional dan tak menjadikan twitter untuk melampiaskan kekecewaan dan keluhan kita. Kasihan teman-teman, karena mereka juga sudah mempunyai masalahnya masing-masing dan bahkan bisa jadi lebih berat.
6. Menjadi orang lain
Menjadi diri sendiri, klise memang. Namun maksudnya di sini adalah jujur. Perlihatkan personalitas kita apa adanya. Pastikan kita adalah “teman” yang menyenangkan di timeline. Bukan robot yang hanya memposting terus-menerus hal-hal yang didapat dari copy paste, meskipun dengan menyebutkan sumbernya. Misalnya pepatah pepatah usang yang tetap inspiratif atau kutipan dari orang-orang hebat.
7. OD (Over Dosis)
Apapun kalau over dosis pasti tidak bagus. Begitu juga ketika ngetwit. Tidak perlu memaksakan diri kalau memang tak ada sesuatu yang harus “dilaporkan”. Bisa-bisa jatuhnya akan garing dan wagu. Memang tidak ada ukuran seberapa ideal per menit posting. Namun kita bisa mengukur dengan bertanya ke masing-masing diri. Jika hal itu menganggu, kemungkinan besar orang lain yang membaca akan terganggu juga.

No comments:

Post a Comment