Cephas lahir dari pasangan Kartodrono dan Minah. Ada juga yang
mengatakan bahwa ia adalah anak angkat dari orang Belanda yang bernama
Frederik Bernard Fr. Schalk. Cephas banyak menghabiskan masa
kanak-kanaknya di rumah Christina Petronella Steven. Cephas mulai
belajar menjadi fotografer profesional pada tahun 1860-an. Ia sempat
magang pada Isidore van Kinsbergen, fotografer yang bekerja di Jawa
Tengah sekitar tahun 1863-1875. Tapi berita kematian Cephas di tahun
1912 menyebutkan bahwa ia belajar fotografi kepada seseorang yang
bernama Simon Willem Camerik.
Publikasi luas foto-foto Cephas dimulai pada tahun 1888 ketika ia
membantu membuat foto-foto untuk buku karya Isaäc Groneman, seorang
dokter yang banyak membuat buku-buku tentang budaya Jawa, yang berjudul:
In den Kedaton te Jogjakarta. Pada buku karya Groneman yang lain: De
Garebeg's te Ngajogjakarta, karya-karya foto Cephas juga ada disitu.
Dengan kamera barunya yang bisa dipakai untuk membuat "photographe
instanee", Cephas mulai menjual karya-karya fotonya. Sejak itu
karya-karyanya mulai dikenal dan dipakai sebagai suvenir atau oleh-oleh
bagi para masyarakat elit Belanda ketika mereka akan pergi ke luar kota
atau ke Eropa. Misalnya ketika JM. Pijnaker Hordijk, pemilik sewa dan
seorang Vrijmetselaar terkemuka akan meninggalkan Yogyakarta, ia diberi
hadiah album indah berisi kompilasi karya-karya foto Cephas dengan cover
indah yang dilukis oleh Cephas sendiri dan bertuliskan "Souvenir von
Jogjakarta". Album-album semacam itu yang berisi foto-foto sultan dan
keluarganya juga kerap diberikan sebagai hadiah untuk pejabat
pemerintahan seperti residen dan asisten residen. Keadaan seperti ini
tentunya membuat Cephas dikenal luas masyarakat kelas tinggi, dan
memberinya keleluasaan bergaul di lingkungan mereka.
Cephas mulai bekerja sebagai fotografer kraton pada masa kekuasaan
Sultan Hamengkubuwono VII. Karena kedekatannya dengan pihak kraton maka
ia bisa memotret momen-momen khusus yang hanya diadakan di kraton
semisal tari-tarian untuk kepentingan buku karya Groneman.
Cephas juga membantu pemotretan untuk penelitian monumen kuno
peninggalan zaman Hindu-Jawa yaitu kompleks Candi Loro Jonggrang di
Prambanan yang dilakukan oleh Archaeologische Vereeniging di Yogyakarta.
Proyek ini berlangsung tahun 1889-1890. Dalam bekerja, Kassian Cephas
banyak dibantu Sem, anak laki-lakinya yang paling tertarik pada dunia
fotografi seperti ayahnya. Kassian Cephas memotret sementara Sem
menggambar profil bangunannya.
Ia juga membantu memotret untuk lembaga yang sama ketika dasar
tersembunyi Candi Borobudur mulai ditemukan. Ada sekitar 300 foto yang
dibuat Cephas untuk penggalian ini. Pemerintah Belanda mengalokasikan
dana 9000 gulden untuk penelitian ini. Cephas dibayar 10 gulden per
lembar fotonya. Cephas mengantongi 3000 gulden (sepertiga dari seluruh
uang penelitian). Jumlah yang sangat besar untuk ukuran waktu itu.
Cephas adalah pribumi satu-satunya yang berhasil menguasai alat
peradaban modern, itu juga yang membuatnya diakui di kalangan golongan
masyarakat kelas tinggi. Buktinya ia bisa menjadi anggota istimewa
Perkumpulan Batavia yang terkenal itu. Tahun 1896 ia dinominasikan
menjadi anggota KITLV (Lembaga Linguistik dan Antropologi Kerajaan) atas
dedikasinya memotret untuk penelitian Archaeologiche Vereeniging. Ia
benar-benar diterima menjadi anggota KITLV pada tanggal 15 Juni 1896.
Ketika Raja Chulalongkorn dari Thailand berkunjung ke Yogyakarta tahun
1896, ia mendapat hadiah berupa tiga buah kancing permata. Bahkan Ratu
Wilhelmina dari Belanda memberi penghargaan berupa medali emas
Oranje-Nassau kepada Cephas pada tahun 1901.
No comments:
Post a Comment